Postingan

Asal usul nama Palembang

Gambar
لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Dipulau Andalas semasa kekuasan Sriwijaya, disebuah wilayah tepi sungai yg ramai dgn aktifitas perekonomian dimasa itu. Penduduk lokal ataupun pendatang dari seluruh penjuru negeri mengadu peruntungan, dan bahkan menetap disana. Alhasil terbentuklah sebuah kota atau Wanua  yang berdiri ditepi aliran sungai. Sempat berjuluk sebagai Venesia dari Timur, kota ini menjadi pusat perdagangan yang ramai. Dan sampai sekarang dikenal dgn nama kota Palembang. Berdasarkan topografinya, wilayah ini dikelilingi oleh air, bahkan sebagian besar wilayah ini adalah rawa² yg sangat luas. Dan karena keadaan itulah maka pada masa itu, orang2 menyebut tempat ini sebagai Pa lembang,  yg dlm bahasa melayu 'pa' atau 'pe' adalah kata yg meunjukkan suatu tempat atau keadaan, sedangkan 'lembang' atau 'lembeng' artinya tanah yang rendah atau yg menyerupai cekungan yg digenangi air.   Sebagai salah sa

Pulau Kemarau (Kemaro)

Gambar
Adalah sebuah delta yang membentuk pulau kecil yang terletak di tengah sungai musi, sekitar 7 km dari jembatan Ampera menuju ke arah muara sungai. Disebut pulau Kemarau atau pulau kemaro dalam bahasa lokalnya karena daratan di pulau ini selalu tampak kering sekalipun dimusim hujan. Didepan klenteng inilah terdapat dua makam berdampingan yang merupakan bagian penting dari legenda terkenal mengenai terbentuknya pulau kemarau . Yaitu makam Tan Bun An, sang saudagar kaya raya dari Tiongkok dan makam putri Siti Fatimah, seorang putri dari bangsawan kerajaan. Selain terkenal karena legenda cintanya, pulau dengan luas sekitar 32 hektar ini jg merupakan salah satu pusat peribadatan keturunan Tionghoa yang terkenal, utamanya saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Ditengah-tengah pulau ini berdiri tegak satu pagoda anggun bertingkat sembilan. (dibangun tahun 2006), yang melengkapi bangunan Klenteng Soei Goeat Kiong atau lebih dikenal dengan Klenteng Kuan Im yang sudah dibangu

Masjid Agung Palembang

Gambar
Terletak tepat ditengah kota, diantara jalan jend. Sudirman dan jalan merdeka, kelurahan 19 ilir kecamatan ilir barat I, sekitar 200 meter dari pangkal jembatan Ampera. Berdiri kokoh sebagai bagian sejarah kota Palembang, sebuah masjid megah yg dikenal dengan nama Masjid Sulton. Dibangun pada 1738 oleh sultan Palembang Darussalam yg bernama Jayo Wikramo atau yg lebih dikenal dengan sultan Mahmud Badaruddin I, pembangunan masjid yg berlangsung selama 10 tahun ini akhirnya selesai pd 26 Mei 1748. Diawal berdirinya masjid ini bernama masjid Sultan, berukuran 30 x 36 meter dan belum memiliki menara. Arsitektur masjid pada awalnya adalah campuran antara budaya lokal, cina dan eropa. Atap berbentuk limas berundak 3, pd masing2 sisi atap tedapat 13 jurai (bentuk melengkung dan lancip) yg merupakan ciri khas bentuk atap2 kelenteng Cina. Sedangkan gaya eropa dapat ditemui pada jendela2 masjid yg besar dan pilar2 batunya yg kokoh. Pada masa pemerintahan sultan Ahmad Najamuddin

Jembatan Ampera

Gambar
Pembangunan jembatan yg menghubungkan antara daratan seberang ilir dgn daratan seberang ulu di kota Palembang ini mulai dikerjakan pd bulan April tahun 1962. Ini adalah proyek kompensasi Jepang terhadap pemerintah Indonesia atau yg sering kita dengar sebagai 'rampasan perang jepang'. Tak hanya berupa pembiayaan, bahkan tenaga ahli pembuat jembatan pun di datangkan langsung dari negeri sakura itu. Pembangunan jembatan memakan waktu selama 3 tahun. Dan pd tahun 1965 akhirnya jembatan selesai dibangun. Selanjutnya jembatan diberi nama jembatan Bung Karno atau jembatan Soekarno. Tahun 1966 nama jembatan akhirnya dirubah menjadi jembatan AMPERA yg merupakan kepanjangan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Jembatan Ampera memiliki total panjang 1.117 meter dan lebar 22 meter, bagian tengah jembatan sepanjang 72 meter dirancang untuk bisa naik turun diantara kedua menaranya, dan tinggi masing2 menara adalah 63 meter. Gunanya supaya kapal besar tetap bisa melewati bawa